Interaksi antara Tubuh dan Ruang dalam Performing Spiral
Featured Image

Interaksi antara Tubuh dan Ruang dalam Performing Spiral

Diposting pada August 11, 2022 oleh Penulis Tidak Diketahui

Performing spiral, Foto: Dok/Komunitas Salihara Art Centre

Indo Barat – Jakarta, 06 Agustus 2022, Musim Seni Salihara (MSS) memasuki babak pertama dalam festival seni yang berlangsung selama satu (1) bulan lamanya. Gelaran ini dibuka dengan penampilan pembuka dari koreografer dan seniman tari, Josh Marcy lewat pertunjukan Performing Spiral pada 6 dan 7 Agustus lalu. Karya yang berlangsung selama 80 menit ini berbicara mengenai hasil riset sang koreografer yang telah ia lakukan sejak 2018.

Josh Marcy, bercerita mengenai latar belakang akan karya termutakhirnya yang berawal dari ketertarikan terhadap dialog antar tubuh dan ruang. Ia kemudian mencatatkan beberapa material gerak yang signifikan mengenai bagaimana tubuh dan mekanismenya berdialog terhadap ruangnya-baik internal maupun eksternal. Salah satunya adalah gerak spiral.

“Saya mempelajari dan mengalami bagaimana kemampuan tubuh melakukan gerak rotasi ini merupakan salah satu hal penting dalam membentuk proses rekognisi. Dalam hal ini, gerak spiral membuka akses sirkulasi pada tubuh terhadap ruang di sekelilingnya, serta kemungkinannya untuk berinteraksi dengan tubuh dan subjek lain.” kata Josh.

Sebagai sebuah karya seni Performing Spiral tidak hanya hadir sebagai sebuah objek pertunjukan saja melainkan dapat diinterpretasikan sebagai sebuah praktik terbuka dan refleksi tubuh yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari. 

Sang koreografer berharap bahwa karya ini dapat mengundang keterlibatan penonton di dalam praktik ketubuhan spiral dan berinteraksi seturut dengan subjektivitasnya masing-masing, baik secara intelektual, sensori, maupun respon kreatif lainnya. 

Selain Josh Marcy pengunjung bisa menyaksikan karya-karya seniman lainnya secara langsung dengan membeli tiket pertunjukan melalui musimseni.salihara.org yang akan tampil setiap Sabtu dan Minggu dari 6 Agustus hingga 4 September 2022. Harga tiket dimulai dari Rp35.000,- hingga Rp100.000,-. 

Josh Marcy adalah seorang seniman tari yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Praktik artistiknya berada di seputar pembacaan kritis mengenai “apa itu tubuh” dan “apa itu ruang” serta bagaimana dialog antar keduanya membentuk realita. 

Josh mengembangkan riset gerak yang diberi tajuk body/space; sebagai sebuah pendekatan artistik terhadap medium ketubuhan. Riset ini yang kemudian diterapkan ke dalam berbagai proses kreatif yang ia lakukan, baik dalam penciptaan karya maupun dalam pelatihan gerak sehari-hari. 

Praktik artistiknya merujuk pada proses rekognisi-untuk merefleksikan, mengalami, serta membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, yang menjadi bagian maupun realita yang lain.

Beberapa karyanya telah dipertunjukan di berbagai program kesenian, antaralain: Pedestrian di Jakarta Dance Meet Up Reguler and Jakarta Dance Meet Up selection (2017-2018), Spasial di Komunitas Salihara (2018), The Meeting di Jakarta Dance Extravaganza (2019), Side To side, In Scale di Bintaro Design District (2019). Sejak 2018, Josh juga terlibat dalam konstelasi seniman kolaborator di dua karya koreografer Jerman, Isabelle Schad, yaitu Reflection dan Inside Out. 

Musim Seni Salihara (MSS) sendiri adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) yang didelenggarakan Komunitas Salihara Arts Center. Dalam penyelenggaraannya, MSS mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. 

Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

Editor: Fredy Watania

Kategori: Humaniora