Agen Perubahan dan Tantangan Perubahan
Featured Image

Agen Perubahan dan Tantangan Perubahan

Diposting pada May 30, 2018 oleh Penulis Tidak Diketahui

“harus dipahami bahwa perubahan tidak selalu membawa ke arah yang lebih baik secara instant, perlu proses waktu dan pengorbanan untuk mencapai tujuan”

Tidak semua orang bisa diajak melihat perubahan, sebagian besar orang bahkan hanya melihat realitas tanpa kemampuan melihat masa depan, sehingga persoalan besar perubahan adalah mengajak orang untuk melihat dan mempercayai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Untuk itu perubahan memerlukan pengerak perubahan (change maker). rata-rata pemimpin (agent of change) yang menciptakan perubahan tidak bekerja sendiri, tetapi ia memiliki keberanian yang luar biasa, bahkan sebagian besar pemimpin perubahan gugur di usia perjuangannya.

Perubahan terjadi setiap saat, karena itu perubahan harus diciptakan setiap saat pula, bukan sekali-sekali, setiap satu perubahan kecil dilakukan oleh seseorang, maka akan terjadi perubahan-perubahan lainnya.

Perubahan Memerlukan Perangkat HARD and SOFT

Perangkat Hard  menyangkut Keuangan dan Teknologi, sedangkan perangkat Soft menyangkut Manusia dan Organisasi, sayangnya sebagian besar pemimpin hanya fokus pada perangkat hard padahal keberhasilan sangat ditentukan oleh soft.
Perubahan membutuhkan waktu, biaya, dan kekuatan, untuk menaklukkannya ! perlu kematangan berpikir, kepribadian yang teguh, konsep yang jelas dan sistematis, dilakukan secara bertahap, dan dukungan yang luas.

Membutuhkan upaya-upaya khusus untuk menyentuh nilai-nilai dasar organisasi  (corporate culture) untuk melakukan perubahan, tanpa menyentuh nilai-nilai dasar tersebut, perubahan tidak akan mengubah perilaku dan kebiasaan.

Harus dipahami bahwa perubahan tidak selalu membawa ke arah yang lebih baik secara instant, perlu proses waktu dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, perubahan menimbulkan ekspektasi (harapan), dan karenanya jika ekspektasi belum tercapai akan menimbulkan kekecewaan, sehingga manajemen perubahan harus diimbangi dengan manajemen harapan, agar para pengikut dan pendukung perubahan dapat terus membakar energi untuk terlibat dalam proses perubahan itu, walaupun tujuannya meleset atau masih memerlukan waktu untuk dicapai.

Perubahan seringkali menakutkan dan menimbulkan rasa ke-tidak nyamanan, namun dengan komunikasi dan pendekatan yang baik khususnya dari para pemimpin, hal tersebut akan dapat diantisipasi.
Pada umumnya manusia tidak menyukai kekacauan, saat terjadi kekacauan kita sering terjebak pada pemikiran bahwa kekacauan terjadi akibat perubahan yang gagal, belakangan ini muncul jargon “Enak Jaman Saya Toh” menjadi ikon pembenaran atas sebuah efek dari suatu proses perubahan.
Kenapa perusahaan merugi ? perusahaan tidak sehat ? kinerja perusahaan menurun ? perusahaan atau pemerintahan banyak masalah ? kondisi ini tentu saja terjadi karena ada ke-tidak beresan dalam perusahaan atau pemerintahan.

Baik disengaja, atau tidak disengaja, misalnya karena kurangnya pengetahuan atau perubahan Eksternal yang berlangsung terlalu cepat, tidak diimbangi dengan perubahan Internal. Saat kondisi ini terjadi, perusahaan atau pemerintahan kemudian mencoba melakukan perbaikan, perbaikan tentu saja berkaitan dengan perombakan  atau perubahan  terhadap cara lama, semakin besar masalah, semakin besar pula perombakan atau perubahan yang perlu dilakukan.

Perubahan Sering Mendapat Penolakan

Namun perombakan atau perubahan juga memiliki konsekuensi penolakan, semakin besar perombakan, semakin besar pula gejolak penolakan yang mungkin terjadi. Beberapa orang yang kurang memiliki pemikiran terbuka (open mind), akan mempertahankan cara lama, menganggap cara lama sudah benar, mereka akan menolak, baik secara langsung maupun tidak langsung, apa lagi jika ada unsur kepentingan di dalamnya, seperti takut tersingkir atau unsur kepentingan lainnya, penolakan akan menjadi semakin besar.

Saat perubahan dilakukan, mereka yang terusik secara sadar atau tidak sadar akan membuat gerakan penolakan, Seperti; Tidak mau mengikuti aturan baru dengan berbagai alasan: belum siap, sibuk, dan lain lain. Mencari celah kelemahan, termasuk membesar-besarkan masalah kecil yang terjadi sejak adanya perubahan. Melakukan kampanye hitam untuk menjatuhkan pengagas perubahan.
Akibatnya muncul turbulensi atau kekacauan pada perusahaan maupun pemerintahan, saat kekacauan terjadi penolak perubahan mendapat angin segar untuk mengembangkan isu kekacauan menjadi isu bukti bahwa ada suatu kegagalan dari proses perubahan.

Mereka akan berbicara dalam berbagai kesempatan untuk menyatakan bahwa : sekarang kondisi menjadi semakin kacau ! dulu tidak banyak gejolak sekarang banyak gejolak, dulu team kompak, sekarang menjadi tidak kompak ?

Celakanya sering pula para pemimpin, karyawan atau masyarakat umum yang “BELUM MEMAHAMI EFEK DARI PROSES PERUBAHAN ” kemudian terbawa arus pengaruh pemikiran bahwa: turbulensi atau kekacauan yang terjadi merupakan suatu bentuk bukti ketidak berhasilan dari proses perubahan, mereka akhirnya memilih untuk kembali ke metode lama,

Jika memilih kembali kepada metode lama, gejolak memang turun, namun secara tidak disadari penyakit perusahaan atau pemerintahan menjadi semakin akut, pengagas perubahan patah arang, sehingga memberi ruang bagi penolak perubahan untuk menang. Oleh karena itu, sebelum melakukan perubahan, para pemimpin maupun para pejabat harus mempersiapkan diri terhadap kemungkinan turbulensi (goncangan) yang akan terjadi.

Jangan menyerah, jangan merasa tidak nyaman dengan adanya turbulensi ! jalan terus, jangan pernah berpikir untuk kembali ke cara lama ! jika ada masalah, lakukan evaluasi dan koreksi,  jangan terjebak pada kondisi PDCA (Plan Do Cancel Again).

Penulis: Freddy Watania
Editor: Riki Susanto

Kategori: Opini