Kedaulatan Rakyat: Bebas, Mandiri dan Bertanggung Jawab !!!

Kedaulatan Rakyat: Bebas, Mandiri dan Bertanggung Jawab !!!

Diposting pada May 26, 2018 oleh Penulis Tidak Diketahui

Kita mengetahui bersama bahwa banyak Putra Putri Bangsa yang berpotensi luar biasa dalam sumber daya manusia (SDM) tapi apa daya kalau pemimpin atau pemerintah tidak menghargai kemampuan dan prestasi mereka, jangankan memberikan suntikan modal dan fasilitas. Justru mereka sering merasa tidak diberi ruang gerak yang bebas untuk berkarya di tanah air yang tercinta ini, akhirnya mereka yang memiliki potensi yang luar biasa itu, mencoba peruntungan di negara lain dengan menjual hasil riset mereka. Sungguh Ironis, negara lain justru menghargai karya karya anak bangsa. Siapa yang salah ?

Seringkali kita terpenjara dengan bahas komunikasi politik barganing ekonomi ala para “pemimpin” yang cenderung mematikan potensi anak bangsa dengan selalu membuat doktrin narasi “pembodohan” mengatakan, bahwa SDM bangsa Indonesia masih kalah bersaing dengan SDM bangsa asing. Sebuah ucapan yang salah yang mematikan kedaulatan dan kemandirian berpikir anak-anak bangsa. Yang menjadi pertanyaan, adakah keinginan “pemimpin” negeri ini, mau atau tidak mensejahterakan rakyat sebagai pemegang kedaulatan penuh atas bangsa dan negara ini ?

Kesejahteraan Rakyat, Kedaulatan Rakyat

Individu-individu yang bebas, percaya diri dan kreatif akan mendorong kesejahteraan negara, sebab, ukuran kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat atau pun individu hanya diketahui oleh dirinya sendiri, bukan oleh pemerintah melalui subsidi, dana sosial dan lain sebagainya.

Lalu dimanakah peran pemerintah, peran pemerintah adalah memberikan jaminan hukum dan iklim yang kondusif bagi kebebasan berekonomi, bekerja dan berkreativitas kepada segenap rakyatnya.

Kebebasan tersebut akan membuat setiap insan giat beraktivitas serta membawa mereka pada persaingan yang bebas dan sehat, masing-masing individu dapat mencari kebahagiaan dengan caranya sendiri tanpa harus melupakan hak  dan kewajibanya sebagai warga sebuah negara .

Namun kebebasan kerap dipahami secara negatif oleh sebagian orang serta dikonotasikan sebagai hidup tanpa aturan, hidup yang a-sosial, hidup semau-maunya dan sesuka hatinya dan tak jarang berujung pada perbuatan buruk serta merugikan.

Kebebasan tidak bisa dipisahkan dari tanggung jawab, faham demokrasi  sangat menyadari bahwa manusia adalah bebas, manusia memiliki hak yang sama antara satu dengan yang lain, kesadaran pada kebebasan individu tersebut akan membuat manusia menghargai kebebasan masing-masing dan menghormati hak kewajiban sesamanya.

Berpikir Bebas Dalam Kebebasan Orang Lain

Sadar bahwa dirinya bebas, berarti sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab penuh terhadap dirinya, kesadaran ini akan membuat individu dapat mengontrol dirinya sendiri, dan mengetahui apa yang menjadi kewajibannya, kesadaran bahwa setiap orang itu bebas akan menghadirkan sikap bijaksana ketika menghadapi orang lain. 

Bahkan lebih jauh lagi penghargaan pada kebebasan orang lain justru akan melahirkan komunitas manusia-manusia bebas yang lebih saling menghargai dan lebih saling mengisi, jadi akan menjadi relevan jika kebebasan mengarah pada sikap individual ekstrim.

Sebaliknya, prinsip penghargaan terhadap kebebasan orang lain akan menjaga hubungan individu tersebut dengan orang lain. Yang perlu di lakukan oleh masing-masing individu bangsa adalah secepatnya menyadari kembali posisi diri dan potensi diri, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada terjadi saat ini. 

Dengan demikian masing-masing individu rakyat dapat terus melakukan kreasi dan inovasi positif untuk tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang 
Mari kita tanyakan kepada diri kita masing-masing, saat ini kita sudah bisa apan dan mau berbuat apa, setelah itu baru tentukan langkah awal dan cara memulainya.

Paradigma Intervensionis, Melahirkan Masyarakat Pemimpi ?

Masyarakat kita di Indonesia secara umum meyakini dengan sepenuhnya bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan setiap masyarakat tergantung penuh kepada negara, sehingga apakah masyarakat itu kaya atau miskin, tergantung regulasi dan intervensi pemerintah terhadap perekonomian negara.

Kejahatan, penyelewengan, kebodohan, dan kemajuan rakyatnya semuanya dapat diselesaikan oleh negara, begitulah paradigma dalam rata-rata masyarakat kita. Dan akan dipandang sebagai suatu kejahatan yang besar, jika negara tidak melakukan intervensi terhadap kehidupan mereka dan membiarkan mereka hidup bebas, masyarakat juga mengharapkan intervensi pemerintah hingga pada hal-hal yang terkecil. Sehingga efek dari paradigma  intervensionis absolutyang terkondisikan dalam masyarakat (selalu meminta intervensi negara penuh)  akan berakibat serta memunculkan banyak “masyarakat-masyarakat pemimpi”.

Setiap pemilihan presiden dan pemilihan gubernur, walikota dan bupati, masyarakat selalu berharap dan berangan-angan bahwa pemerintahan yang baru dapat membawa angin perubahan dan membuat hidup mereka menjadi makmur dan kaya. Kebanyakan dari mereka selalu bermimpi bahwasanya pemerintah akan memberikan subsidi-subsidi bagi mereka, memberi mereka uang, dan memberi lapangan pekerjaan yang enak dan santai. Intervensi pemerintah terhadap perubahan hidup mereka melalui kebijakan yang ‘”pro rakyat” selalu mereka nanti-nantikan.

Tapi hasil yang selama ini didapatkan rakyat adalah kekecewaan dan kemarahan terhadap penguasa, dan keputus-asaan mereka terhadap pemerintah adalah konsekuensi dari sifat angan-angan ini, akibatnya masyarakat menjadi lemah dan tidak mampu mengeluarkan daya inovasi untuk perubahan kehidupan mereka, Walau sudah berulang kali kecewa oleh janji manis dari oknum dan elite pemerintahan, masyarakat kita masih saja percaya bahwa negara yang paling bertanggung jawab untuk menolong mereka.

Padahal taraf kehidupan mereka menurun disebabkan mereka telah menyerahkan kebebasan dan kehendak mereka pada negara secara penuh, sehingga tidak lagi merasa perlu untuk berinovasi dan berkreasi tidak perlu capek-capek berpikir untuk berbuat ini dan itu, disebabkan kehidupan mereka telah dipikirkan oleh negara.

Penulis: Freddy Watania
Editor: Riki Susanto

Kategori: Opini