Modal dan Pemasaran Jadi Tantangan UMKM Rumahan
Featured Image

Modal dan Pemasaran Jadi Tantangan UMKM Rumahan

Diposting pada October 7, 2024 oleh Penulis Tidak Diketahui

Usaha Kripik Singkong di Desa Sukasari, Kabupaten Seluma, Foto: Dok

Indo Barat – Di tengah tantangan pasar digital yang semakin ketat, sekelompok ibu rumah tangga di Desa Sukasari, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, menunjukkan semangat juang yang tak tergoyahkan. 

Para ibu-ibu ini menamakan kelompoknya KWT atau singkatan dari Kelompok Wanita Tani. Mereka (KWT) punya usaha kecil menengah (UMKM) rumahan keripik singkong. 

Meksipun menghadapi berbagai hambatan, mereka berhasil menciptakan peluang pekerjaan yang setidaknya memberikan kontribusi positif bagi ekonomi lokal.

UMKM Rumahan ini secara tidak langsung, telah menggali potensi lokal dengan memanfaatkan keahlian dan sumber daya di lingkungan sekitar untuk berdiri mandiri secara ekonomi.

Ketua Kelompok, Asiah mengatakan kelompok wanita tani atau KWT telah didirikan sejak setahun lalu yang mempunyai anggota enam orang. Awal mulanya para ibu-ibu ini fokus menanam sayuran yang tujuannya untuk berbisnis di sektor hasil pertanian.

Setelah berlangsung beberapa bulan, usaha pertanian belum mendapatkan keuntungan dan pada akhirnya memutuskan beralih ke usaha pembuatan keripik.

“Kami tidak mendapatkan keuntungan yang baik dari usaha sayuran, sehingga kami memutuskan untuk beralih ke pembuatan keripik singkong,” kata Ketua KWT, Siti Asiah.

Bermula dari produksi kripik singkong hanya sekedar coba-coba di tahun 2023 yang lalu. Ternyata setelah itu, produk kripik banyak diminati masyarakat namun sangat disayangkan keterbatasan modal membuat produksi kripik terbatas.

Karena keterbatasan modal, produksi kripik singkong pun dilakukan seminggu sekali yang jumlah singkong untuk di goreng haya 1 kwintal “Seusai produksi terbatas, omzet pun hanya sejuta per dua minggu. Ya itu ada keuntungan bersih, tapi kebanyakan beli bahan, untungnya dikit mas,” ujarnya.

UMKM ini masih dapat bertahan berkat semangat dan kekompakan para ibu-ibu yang sangat ingin mendirikan usaha tersebut. Bahkan, mereka rela merogok kantong sendiri jika belum ada keuntungan untuk membeli bahan keripik.

“Usaha in pun kami jalankan modal awal secara swadaya, tidak ada bantuan dari pihak pemerintah. Begitupun dengan alat-alat masak juga ada yang membawa sendiri dari rumah,” ujarnya.

Keterbatasan modal tidak pernah menyurutkan semangat, dilihat dari tempat memasak kripik yang berlokasi di rumah Asia sendiri. Ingin menyewa tempat belum terlaksana, karena hasil penjualan seringkali cuma untung kecil dan belum dapat menyisahhkan untuk sewa tempat.

“Kami selalu mengedepankan kualitas produk (keripik) meskipun dengan segala keterbatasan,” kata dia.

Kendala Pemasaran

Sejak setahun berdiri, usaha rumahan kelompok wanita tani atau KWT ini hanya dapat memasarkan produk kripik di warung-warung kecil yang ada di sekitar desa tersebut. 

Kendalanya tidak lain adalah ongkos mereka yang mengantar produk, tidak sesuai dengan hasil penjualan. Meski begitu, Asiah ternyata juga memainkan social media seperti Facebook dengan cara memanfaatkan live streaming pada saat proses memasak. 

Meskipun melek digital, pelaku UMKM ini belum dapat cara bersaing dengan pasar digital yang banyak digarap anak muda. Dengan berbagai kendala dan tantangan, Asiah berharap kepada  pemerintah bisa memberikan bantuan apapun itu meski berupa pelatihan dan dukungan lainnya.

Dengan semangat dan usaha yang konsisten, kelompok ibu-ibu ini membuktikan bahwa di tengah tantangan pasar digital, masih ada harapan dan peluang untuk mengembangkan UMKM yang berkelanjutan. Mereka bukan hanya membangun usaha, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik untuk keluarga dan komunitas mereka.

Kisah kelompok ini mencerminkan perjuangan UMKM di pedesaan yang bertahan meski dihadapkan pada berbagai kendala. Ketekunan dan kerja keras, mereka berharap dapat terus melangkah maju dan meningkatkan kualitas usaha mereka di masa depan.

Reporter: Deni Aliansyah Putra