Nilai-Nilai Humanis Agama Bangun Etika Global Untuk Perdamaian Dunia
Featured Image

Nilai-Nilai Humanis Agama Bangun Etika Global Untuk Perdamaian Dunia

Diposting pada June 8, 2018 oleh Penulis Tidak Diketahui

Indo Barat-Jika dicermati secara seksama, fenomena ke-AGAMA-an yang kita alami banyak memberikan kesan paradoksal, tidak saja di Indonesia tapi juga pada skala makro, setiap agama besar dunia, terutama aspek esoteriknya menawarkan jalan moral spiritual yang sangat sejuk, indah, hidup damai dan intim dengan Dia Yang Maha Abadi yang selalu didambakan oleh orang beriman.

Namun, ketika agama menjelma menjadi sebuah institusi sosial (secara historis memang tidak bisa dihindari), maka masuklah berbagai muatan kepentingan dan media penyaluran keluh-kesah pemeluknya yang merasa kalah dan terancam dalam persaingan hidup, agama yang awalnya diyakini sebagai Wahyu Tuhan yang transhistoris, kemudian berkembang menjadi sebuah realitas sosial historis sebagai sebuah ideologi.

Namun perlu dicatat bahwa watak ideologi cenderung berfikir hitamputih, komunalistik, emosional dan kerap mengasumsikan adanya musuh bersama yang datang dari luar tanpa musuh bersama, ideologi akan melemah, di sinilah permasalahannya, bahwa ketika agama telah menjadi sebuah ideologi maka akan selalu terlibat dalam persaingan perebutan kekuasaan dan ekonomi, bersaing dengan ideologi lain. Akibatnya, wajah agama-agama yang semula dipandang ramah dan sejuk bisa berubah menjadi galak, menakutkan dan penuh retorika yang mengandung intrik serta ancaman bagi kelompok yang lain, karena sikap keberagamaan yang selalu mendua ini, maka logis jika muncul penilaian bahwa setiap agama sejak kemunculannya telah membawa potensi cacat bawaan.

Dengan wajah seperti ini, maka agama sering ditunggangi, dan dijadikan alasan sebagai pembenaran tindakan melawan kemanusiaan, dalam situasi dunia yang mengalami krisis fundamental, krisis ekonomi, ekologi dan politik yang terjadi secara global, kemudian β€œEtika Global ” itu dirumuskan, oleh parlemen agama-agama Se-Dunia. Etika Global kemudian dirujuk sebagai dasar bersama agama-agama dalam menyatukan paradigma, komitmen, rencana dan aksi sebagai langkah awal penyelesaian pergolakan dunia, sebagai dasar bersama, maka etika global merupakan akumulasi dari nilai-nilai, kriteria utama dan sifat-sifat dasar yang ada pada semua agama.

Karena itu, Etika Global bukan merupakan sebuah kekhususan dari satu agama tertentu, dia adalah nilai bersama, yang bertujuan untuk kemanusiaan, sehingga buah dari etika global adalah kemanusiaan sejati, dalam hal ini, ada penghargaan yang sama dan kesempatan yang sama dalam segala bidang, sebuah budaya tanpa kekerasan, dengan komitmen solidaritas dan toleransi yang tinggi. Sebagai sebuah nilai, yang dirumuskan dari setiap agama untuk menanggulangi permasalahan global, tentunya nilai ini cukup memadai, permasalahannya, adalah bagaimana ? kita mampu mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut dalam komunitas yang lokal, komunitas lokal tentunya masih mempunyai perspektif tentang wujud dan pengalaman keagamaan yang pada dasarnya bersifat metafisis dan individual serta sulit diukur secara kuantitatif.

Agama sanggup melahirkan kohesi sosial dan gerakan politik yang bisa membangkitkan kekuatan revolusioner dengan pada pendukungnya yang sangat militan, sementara itu retorika agama yang selalu mengajarkan kedamaian tetap bergaung, mungkin dalam wujud etika global, namun pada level praktis juga muncul banyak peperangan yang terjadi karena motif keagamaan, terutama ketika sentimen agama bergandengan dengan sentimen kelas maupun kelompok sosial. Dalam konteks seperti ini, Etika Global harus terus didialogkan, sebab nilai kemanusiaan, sifat pemaaf, toleran dan kasih sayang dengan sesama manusia yang ditawarkan, sebenarnya mampu mendorong sebuah dinamika perubahan sosial, termasuk perubahan paradigma agama-agama.

Etika Global hadir dalam rangka memperjuangkan martabat manusia, yang selama ini martabat manusia itu dikorbankan untuk institusi agama, permasalahannya, gerakan ideologi cenderung memunculkan sikap militan yang ada kalanya destruktif dan menggeser akal sehat ketika menghadapi kelompok yang berbeda, bahkan gerakan keagamaan dalam realitasnya sering menafikan nilai-nilai etika global, oleh karena itu dialog antar dan antara agama harus tetap ada dalam proses yang menjadikan Perdamaian Dunia.

Penulis: Freddy Watania (dari berbagai sumber)

Editor: Riki Susanto

Kategori: Opini