Teori, Konsep dan Realitas Kehidupan 
Featured Image

Teori, Konsep dan Realitas Kehidupan 

Diposting pada August 3, 2018 oleh Penulis Tidak Diketahui

Segenap persoalan bangsa dan negara tidak bisa di selesaikan oleh hanya sekedar retorika opini dan asumsi yang berujung polemik belaka. Namun hanya dapat diselesaikan dengan aktualisasi dan implementasi riil oleh mereka yang benar-benar memahami korelasi setiap persoalan secara detail dan mendasar.

Sehingga solusi yang di terapkan akan tepat dan relevan dengan landasan dan tujuan yang sebenarnya, bukan sekedar konsep atau pendapat individual maupun golongan tertentu. Dan kelak hasil dari pekerjaan itulah yang menunjukan tentang eksistensi yang mengerjakan, bukan pengakuan orang per orang. 

Banyak orang kebingungan karena sebab kepalanya dipenuhi konsep dan teori, keadaan ini menciptakan ketakutan dan harapan berlebihan yang membuat orang menjadi tidak jernih dalam memandang realitas, keputusan-keputusan yang ia ambil pun lalu mencerminkan kebingungan di dalam hidupnya.

Sebaliknya, persentuhan langsung dengan realitas membuat teori dan konsep lenyap seketika, segalanya menjadi jelas dan jernih sehingga orang tahu, apa yang harus ia lakukan.

Pijakannya bukan lagi mengacu pada pertimbangan yang rasional dan logis saja, melainkan juga dengan melibatkan ketajaman “INTUISI” yaitu pengalaman yang berhadapan langsung dengan kenyataan.

Dalam keadaan ini, moralitas sebagai seperangkat aturan bertindak tidak lagi diperlukan, berbuat baik adalah sesuatu yang alamiah, ketika orang sudah menyentuh realitas dengan intuisi-nya, berbuat jahat, dalam arti mendorong penderitaan, juga secara alamiah akan dihindari.

Orang tidak lagi dipenuhi oleh “perang teori” dan “perang konsep” di dalam kepalanya dan juga soal persepsi baik buruk, benar salah, melainkan ia akan hidup dengan pikiran jernih, guna menghadapi segala yang ada sesuai keadaan yang nyata .

Semua Teori Akan Percuma 

Semua teori akan percuma jika ia tidak bisa di terjemahkan ke dalam institusi dan sungguh membawa perubahan nyata di dalam kehidupan bersama, artinya, inti dasar dari filsafat politik adalah pembangunan institusi-institusi di dalam masyarakat yang mendorong keadilan dan kemakmuran bagi semua.

Namun, bagaimana cara membangun institusi-institusi tersebut, satu cara adalah dengan merumuskan regulasi, atau aturan, yang tepat, namun, aturan setepat dan seketat apapun tidak akan mampu membangun institusi yang cocok untuk pengembangan masyarakat.

Aturan-aturan itu justru akan dipelintir untuk kepentingan-kepentingan korup tertentu, dan akhirnya mengorbankan kepentingan bersama, ini sudah terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia.

Maka, kita perlu pendekatan lain, aturan dan institusi yang kokoh tidak dapat dibangun, tanpa adanya “Manusia Manusia Bermutu Tinggi” Mutu dalam arti ini adalah etos hidup yang unggul, seperti jujur, rajin, mau bekerja keras dan bisa bekerja sama.

Maka, pembentukan manusia-manusia bermutu adalah jalan yang perlu dilakukan terlebih dahulu, pembentukan manusia bermutu berarti perubahan kesadaran mendasar pada tingkat pribadi.

Dapat juga dikatakan, bahwa tata institusi tidak akan pernah mencukupi, tanpa adanya perubahan kesadaran secara mendasar, dititik inilah filsafat kesadaran memainkan peranannya untuk menunjang filsafat politik.

Sama seperti filsafat politik, filsafat kesadaran memiliki dua pendekatan, yakni DESKIPTIF (memahami kesadaran manusia sebagaimana adanya) dan NORMATIF (membentuk kesadaran manusia, sehingga bisa sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya).

By: NN
Editor: Freddy Watania, Riki Susanto

Kategori: Opini