Sang Maestro Politik yang Menawarkan Gagasan
Featured Image

Sang Maestro Politik yang Menawarkan Gagasan

Diposting pada September 10, 2024 oleh Penulis Tidak Diketahui

Sosoknya penuh senyum, sangat lekat dengan rasa persahabatan. Pembawaakannya begitu hangat, jauh dari kesan parlente yang kerap lekat dengan seorang politisi. Khas orang Indonesia yang pandai menempatkan diri, sangat menghargai lawan bicara, menghormati mereka yang datang, bahkan yang pergi pun dipuji. Demikian itu sekilas yang akan tergambar bagi siapa saja yang pernah berjumpa dengan sosok bersahaja bernama Benny Suharto, Bakal Calon Wali Kota untuk Pilwakot Bengkulu 2024.

Tiba di rumahnya sekira pukul 14.00 WIB sore, Minggu, (8/9/24). Kami disambut seteko kopi hitam di atas meja bundar yang masih digumuli asap putih. Nampak pula cemilan khas melayu, pisang goreng yang tersusun rapi di atas nampan berukuran sedang. Sempat kulirik dapur sang pemilik rumah, tercecer kemasan kopi sachet dengan warna khasnya perpaduan hitam dan kuning keemasan. Aku pun membatin, ini pasti kopi favoritku mungkin pula mayoritas orang Bengkulu, Kopi 1001 namanya. Produk andalan Bengkulu yang kini telah mengindonesia. Cita rasa Kopi 1001 tak pernah lekang di tengah gempuran banyak produk baru.

“Apa kabar adinda, ayo-ayo kita makan dulu” ujarnya dengan penuh semangat. Sontak saja ungkapan penyambut itu mengingatkan saya kembali pada ucapan Sang Proklamator, Soekarno yang kerap diceritakan ulang banyak senior saya. Dulu, setiap kala Soekarno berjumpa dengan siapa pun, yang ditanya “sudah makan” bukan ideologi perjuangan apalagi cara-cara memerdekan republik. Soekarno tidak memandang golongan apa, mau nasionalis atau kiri dan kanan. Kata pertama yang akan terucap dari bapak bangsa itu adalah atensi pribadi. Entah apa filosofinya tapi itu sangat menarik.

Maaf ya sudah kemana-mana, kembali ke Benny Suharto. Cerita ini diawali dengan seruputan kopi berbekal sederet pertanyaan template khas seorang wartawan. Namun, di tengah obrolan, pertanyaan yang jauh hari sudah kami ancang berlahan seperti tidak relevan untuk disampaikan. Benny Suharto langsung menceritakan sisi berbeda dari dirinya. Sosok yang selama ini dikenal banyak orang sebagai seorang pengusaha sukses ternyata memiliki segudang cerita lain yang tak kala menarik. Mulai dari masa kecil hingga remaja, berjuang menaklukan ibu kota Jakarta hingga pernak-pernik pengalamannya selama bergelut di dunia politik. Bendahara Umum DPP Partai Ummat ini ternyata lebih PAN dari tokoh-tokoh PAN. Mengapa demikian? Kisahnya terurai dalam tulisan ini. Tak kala menarik ternyata visinya untuk Kota Bengkulu jauh kedepan.

Anak Kebun Veteran

Benny adalah anak Bengkulu yang kesehariannya sama seperti anak-anak kebanyakan. Menghabiskan usia dini hingga remaja di Kelurahan Kebun Veteran. Ia lahir dari seorang ayah yang bekerja sebagai pegawai PAM. Ayahnya berasal dari Demak, Jawa Tengah sedangkan ibunya adalah perempuan asli Bengkulu yang berasal dari Kabupaten Seluma. Berprofesi sebagai seorang kepala sekolah dasar, ibunya kerap berpindah tempat tugas. Kondisi ini yang memaksa Benny harus berpindah-pindah sekolah mengikuti dimana sang ibu mengabdi. Namun, pengalaman ini pula yang menjadikan sosok Benny memiliki banyak teman, bermacam karakter orang sudah ia temui bahkan sejak di bangku SD.

“Ada baiknya karena saya punya banyak teman tidak hanya satu sekolah. Tentu itu menjadikan saya lebih mengenal banyak karakter orang, masa kecil saya lebih berwarna. Itu pengalaman yang mengesankan tapi sisi lain, saat pindah sekolah saya sering menangis dalam hati karena harus berpisah dengan teman-teman sekelas” kata Benny mengenang.

Memasuki usia SMA, Benny pindah ke Jakarta, tepatnya tahun 1988. Ia sekolah di SMA Negeri Rawamangun melanjutkan sarjana hukum sambil kerja hingga meraih gelar magister hukum. Perjalananya menjadi pengusaha sukses dimulai pada titik ini. Ia begitu akrab dengan ibu kota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri itu. Namun, Benny yang memiliki mental tertempa tidak sedikit pun bergeming. Lebih dari 20 Tahun berjuang di Jakarta dengan segenap suka-dukanya, Benny kini sukses menjadi pengusaha mapan. Ia mengawali usaha yang bergerak di bidang pabrik kimia. Kini bisnisnya merambah ke sektor pertambangan, perkebunan, perternakan hingga pengembang perumahan.

Menginjak usianya yang ke-56 tahun, Benny pun berkesimpulan, menjadi pengusaha bukanlah tidak bermanfaat, bahkan lebih dari cukup untuk dirinya dan keluarga dan karyawan. Namun, bermanfaat untuk orang banyak adalah mimpinya sejak kecil. Tahun 2019 lalu ia sempat turun ke Bengkulu dengan mencoba pengabdian dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI. Sayang ia belum beruntung. “Kalah hal yang biasa, justru itu menjadi pengalaman untuk menjadikan kita lebih baik lagi. Wadah untuk introspeksi diri, apa kekurang dan apa yang sudah baik. Bagi saya satu saja yang pasti, niat mengabdi kepada masyarakat tidak mungkin terhalang hanya karena kalah dalam sebuah kontetasi. Saya membuktikan niat itu dengan kembali maju di Pilwakot Bengkulu” kata Benny.

Kiprah di Dunia Politik

Benny Suharto sudah akrab dengan dunia politik bahkan setara lamanya dengan menjadi pengusaha. Benny sebenarnya bukanlah politisi kemaren sore namun puluhan tahun memainkan peran di balik layar. Ia mengawali karir sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN) bahkan sejak partai itu belum lama berdiri. Kedekatannya dengan Amien Rais telah membawanya ke partai berlambang matahari itu. Sempat menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jendera DPP PAN hingga akhirnya dipercaya membidani PAN di Bengkulu sebagai menjadi Majelis Pembina DPW PAN Provinsi Bengkulu. Tangan dingin Benny Suharto telah banyak menghantarkan kader-kader PAN Bengkulu menjadi tokoh-tokoh politik penting. Benny memainkan peran sebagai fasilitator, mediator sekaligus konseptor atas eksistensi PAN di Bengkulu.

“Kiprah saya mungkin tidak terlihat karena saya jarang tampil. Saya bekerja di belakan panggung tapi yakinlah saya mungkin lebih PAN dari seluruh kader-kader PAN di Bengkulu” ucap Benny dengan nada bercanda. Besarnya kiprahnya Benny untuk PAN bukanlah isapan jempol belaka. Sosok bapak 3 anak ini juga pernah menjadi fungsionaris DPW PAN Provinsi Bengkulu dengan menjabat sebagai bendahara. Namun, gejolak di tubuh PAN memaksa Benny turut hijrah mengikuti seniornya Amien Rais yang mendirikan Partai Ummat. Tak tanggung pula, Benny Suharto langsung didaulat menjadi bendahara umum DPP Partai Ummat. Jabatan itu dipercayakan bukan tanpa sebab. Benny dipandang sebagai politisi yang memegang teguh integritas. Elit-elit politik nasional pun bahkan mengakui kapasitas Benny. Ia berkawan dengan siapa pun, termasuk Sandiaga Uno adalah temannya baiknya.

Lepas dari PAN, Benny dihadapkan dengan tantangan baru sebagai politisi. Ia harus membidani lahirnya sebuah partai politik yang bukanlah perkara mudah. Di tengah tantangan itu Benny yang berbekal segudang pengalaman tidak pernah ragu sedikit pun. Banyak partai politik yang coba berdiri namun terputus di tengah jalan. Demikian pula Pemilu 2024 lalu, ada 3 partai politik baru namun yang benar-benar mampu mengisi diskursus politik nasional hanya Partai Ummat. Menariknya disitu ada banyak peran Benny Suharto. “Bukanlah perkara mudah tapi saya dan teman-teman memiliki keyakinan, tidak ada yang tidak mungkin selagi kita memiliki visi yang jelas, bekerja terukur, kuncinya ikhlas saja. Alhamdulilah Partai Ummat sukses menjadi peserta pemilu 2024 lalu” kata Benny Suharto.

Benny Suharto adalah politisi kawakan. Ia tidak hanya sukses membukitikan diri sebagai dalang tapi juga teruji menjadi aktor di atas panggung politik. Perjalanannya di PAN adalah catatan kepiawaiannya dalam menuntun sebuah partai menuju kesuksesan, terutama di Bengkulu. Demikian pula kapasitasnya dalam membidani lahirnya Partai Ummat. Benny Suharto adalah politisi mulittalenta yang kiprahnya tidak pernah cacat. Baginya politik bukanlah instrumen perebutan kekuasaan belaka tapi perjuangan nilai, menguatkan demokrasi dan lebih luas lagi wadah pengabdian pada bangsa. Filosofi itu yang menjadikan Benny Suharto tidak pernah terpinggirkan dalam panggung politik. Namanya tidak hanya tercatat dalam sejarah pergulatan politik di Bengkulu, namanya lebih besar dari itu. Benny bahkan seorang maestro dalam kancah politik nasional.

Menatap Pilwakot Bengkulu 2024

Jiwa entrepreneur selalu mengilahmi kemana pun Benny pergi, dimana pun bergaul dan berkarya, di dunia politik sekalipun. Ia selalu mendepankan profesionalitas, jujur dan bertanggungjawab. Baginya integritas di atas segalanya. Melakoni dunia usaha dengan mengarungi dunia politik sama-sama membutuhkan kepercayaan publik. Bahkan dunia politik lebih luas karena dituntut memiliki kepekaan sosial yang tinggi, ada tanggungjawab kepada rakyat. “Pilwakot Bengkulu adalah sarana aktualisasi diri, memperkuat peran untuk membangun daerah kelahiran. Saya telah meniatkan diri untuk menjadi bermanfaat lebih banyak untuk masyarakat, salah satu jalannya dengan cara menjadi pemimpin publik. Mohon doanya semoga itu terwujud” ujar Benny.

Sejak awal terjun dalam arena Pilwakot Bengkulu, Benny telah meneguhkan diri memegang teguh politik nilai. Ia hadir dengan ide dan gagasan bukan celaan. Menawarkan ide baginya lebih terhormat dibanding saling menjatuhkan. Membangun Kota Bengkulu menurut Benny tidak akan berujung dengan tagline gratisan saja atau sekedar program populis yang mengabaikan substansi. Bukan berarti gratis dan populis tidak penting namun harus satu tarikan nafas dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Kota Bengkulu memiliki masalah krusial soal banjir (salah satu faktornya ancaman sampah), tata kota, manajemen pendidikan, kesehatan, birokrasi, ekonomi, investasi dan UMKM, infrastruktur dan transportasi (ancaman macet) dan digitalisasi pelayanan publik. Membangun Kota Bengkulu harus terintegrasi, terutama daerah penyangga dan yang tidak kala penting harmonisasi antar lini.

“Pertama yang harus kita ubah adalah mainset dalam membangun. Konsepensi pembangunan masa depan itu adalah kolaborasi, tidak lagi menganut doktrin kompetisi. Memperbesar jaringan bukan menciptakan gap apalagi dengan pemerintah provinsi dan pusat. Regulasi pemerintahan kita menghendaki adanya sinkronisasi baik vertikal maupun horizontal serta memeperbesar peran publik dalam membangun” kata Benny. Ia memimpikan pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan filosofi pembangunan masyarakat dunia, Sustainble Development Goals (SDG`s). Membangun dengan parameter yang terukur dan bermanfaat untuk semua, tidak diskriminatif dan memiliki kepekaan terhadap lingkungan hidup. Ucapan kalimat itu bahkan memaksa penulis untuk googling memperdalam pengetahuan tentang filosofi pembangunan masa depan. Tidak menyangka, sosok yang terlihat sederhana itu memiliki konsepsi pembangunan setara para pemikir dunia.

Bennny nampak sangat memahami core pembangunan berkelanjutan yang nantinya akan diadaptasi dalam membangun Kota Bengkulu. Pemikirannya tidak terjebak dengan program-program yang nampak seperti berlian tapi sebenarnya lumpur menenggelamkan masyarakat dalam kemiskinan. Benny bermimpi Kota Bengkulu di masa depan bukan hanya setara metropolitan tapi memiliki pupulasi yang memiliki daya saing. “Membangun bukan hanya soal infrastruktur saja tapi membangun manusia itu tidak kala penting. Saya bermimpi anak-anak Bengkulu kedepan semakin banyak yang berkiprah lebih jauh lagi. Caranya dengan manajemen pendidikan yang terukur, membekali mereka dengan skil bukan hanya sekedar pengkayaan akdemik. Saya sudah menerapkan ini di pondok pesantren yang saya kelolah di Seluma. Santri kami tidak hanya belajar agama tapi diajari keterampilan seperti membuat sabun, berternak dan bertani. Kelihatnya sederhana tapi yakinlah skil itu akan menjadi modal bagi masa depan mereka” tutur Benny.

Benny ingin menerapkan itu dalam manajemen pendidikan di Kota Bengkulu. Ia memang tidak menyinggung soal pendidikan gratis tapi pesantren yang saat ini ia kelolah sama sekali tidak berbayar bahkan disubsidi. “Kalau soal pendidikan gratis saya kira UU kita sudah menjamin wajib belajar 9 tahun. Tugas kepala daerah adalah menjamin UU itu diterapkan dengan baik. Kita butuh anak-anak kita tidak lagi berkutat soal bayar ini, bayar itu. Kapan kita maju kalau kita persoalan seperti itu saja tidak tuntas” ucap Benny. Pernyataan itu mungkin terkesan normatif tapi melihat apa yang telah dia perbuat memaksa kita untuk yakin. Soal pendidikan gratis Benny tidak lagi menjual tagline tapi sudah dilakukan. Benny memiliki role model sendiri dalam mengelolah dunia pendidikan.

Benny Suharto memiliki banyak ide untuk Kota Bengkulu di masa depan. Ia ingin mewujudkan Kota Bengkulu yang “Sejahterah, Bersih dan Bahagia”. Konsepsi itu akan diterjamahkan dalam banyak visi yang lebih teknis, bukan hanya soal pendidikan tapi soal penanganan sampah. “Sampah Bukan Sampah” kata Benny. Konsep berbeda juga akan diterapkan Bennny dalam tata kelolah birokrasi jika nanti diamanahi sebagai Wali Kota Bengkulu. “the right man on the righ place, dengan jaminan bebas KKN” ujar dia. Termasuk bagaimana gagasan Benny soal penanganan banjir, infrastruktur, lingkungan dan tata kota, menghadapi ancaman macet, digitalisasi pelayanan publik, bisnis dan investasi hinga trik membangun sumber daya manusia. Uraian panjang itu akan tertuang dalam lanjutan tulisan bersambung ini. Bab ini sekedar pembuka dari cerita seorang maestro yang ingin mengabdikan diri untuk Kota Bengkulu. [Sjam87]

Kategori: Mereka